Rabu, 14 April 2010

Analisis Kasus pada PT Unilever Indonesia tbk






  • Kasus Unilever

GAPKI Sesalkan Sikap Unilever

JAKARTA - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menyesalkan sikap Unilever yang memutuskan kontrak pembelian minyak sawit mentah (CPO) dari PT SMART Tbk hanya karena laporan Greenpeace.

Menurut Sekjen GAPKI Joko Supriyono, tindakan Unilever tersebut terburu-buru. Apalagi, katanya, SMART dan Unilever merupakan anggota Rountable on Sustainable Palm Oil (RSPO) yang merupakan anggota para pemangku kepentingan dalam industri sawit yang mendorong pengembangan dan penggunaan CPO lestari.

"Unilever seharusnya memanfaatkan forum RSPO untuk melakukan klarifikasi dan penyelesaian terhadap klaim Greenpeace yang bukan anggota RSPO dan laporan lembaga swadaya masyarat (LSM) internasional itu belum tentu benar," katanya di Jakarta, Rabu (16/12).

Namun, dia mengatakan dampak kasus penghentian sementara pembelian produk minyak sawit PT SMART oleh Unilever tidak akan memengaruhi industri CPO Indonesia secara signifikan. Berdasarkan data PT SMART, penjualan produk minyak sawit ke Unilever tidak mencapai 5 persen dari total penjualan.

Direktur Utama PT SMART Tbk Daud Dharsono menjelaskan penjualan produk minyak sawit ke Unilever hanya sekitar dua hingga 3 persen saja dari total penjualan. Hal itu tidak banyak berubah sejak 2005. "Jadi tidak banyak berpengaruh memang terhadap bisnis kita," tuturnya.Untuk meningkatkan kualitas CPO, ]oko menjelaskan, pihaknya bersama Departemen Pertanian saat ini tengah mengembangkan sistem standar CPO. "Saat ini kita sedang kembangkan standar Indonesian Sustainable Palm Oil, jadi itu semacam sistem untuk buktikan kita juga sustainable dengan UU dan peraturan," tuturnya. ( Sumber : bataviase.co.id )

  • Hasil Analisis

PT Unilever adalah perusahaan multinasional yang bergerak dalam bidang produksi produk-produk kebutuhan sehari-hari konsumen. Produk-produknya sudah dikenal luas oleh masyarakat, dan telah mendapat kepercayaan dari masyarakat sebagai produk-produk yang berkualitas tinggi. Oleh karena itu dalam memproduksi produk-produknya tentunya unilever sangat memperhatikan bahan-bahan yang akan diproduksi menjadi produk-produk unilever. Terutama dalam hal kualitas bahan baku atau dampak sosial dari bahan baku misalnya pencemaran lingkungan atau pengrusakan hutan yang ditimbulkan. Seperti contoh salah satu pemasok bahan baku untuk produk unilever yaitu minyak kelapa sawit (CPO) dari PT SMART tbk yang mendapat laporan dari Greenpeace bahwa adanya pelanggaran perluasan lahan perkebunan sawit yang mengakibatkan perusakan hutan. Sehingga unilever memutuskan untuk menghentikan pembelian minyak kelapa sawit karena unilever bertanggung jawab atas dampak sosial dan lingkungan yang ditimbulkan dalam masalah ini.

  • Solusi


- Memilih pemasok secara hati-hati, atas dasar praktek usaha yang sesuai dengan praktek usaha kami.berupaya menciptakan kerja sama yang terbuka dan kooperatif dengan para pemasok, karena hubungan yang kuat memungkinkan untuk bekerja sama dengan para pemasok dalam mengatasi persoalan yang timbul dan meningkatkan kualitas. Memiliki hubungan yang panjang dengan para pemasok untuk operasi produksi yang umum.

- Mendorong mitra agar berbisnis dengan cara yang berkelanjutan. Melalui Program Manajemen Kualitas Pemasok (Supplier Quality Management Programme - SQMP), mendorong para pemasok menerapkan standar tertinggi dalam berbisnis.

Referensi :

www.unilever.co.id

1 komentar:

  1. makasih buat artikelnya ya...
    saya salin untuk membantu analisis saya dalam tugas manajemen isu dan krisis saya...

    oh ya,kunjungi blog saya ya...
    www.galihprakoso.blogspot.com

    BalasHapus