Selasa, 20 April 2010

Dampak Luas Abu Vulkanik Eyjafjallajokull


Jakarta, CyberNews. Awan tebal akibat abu vulkanik gunung berapi di Islandia yang meletus sejak hari Rabu (14/4) masih melumpuhkan penerbangan dari dan ke banyak bandara di Eropa.

Jutaan penumpang di seluruh dunia masih terdampar, menunggu kepastian penerbangan mereka.

Industri penerbangan memperkirakan kerugian yang mereka derita akibat pembatalan penerbangan adalah sekitar US$ 200 juta per hari.

Mengapa abu vulkanik gunung berapi di bawah glasier Eyjafjallajokull ini sangat melumpuhkan penerbangan di Eropa?

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementrian ESDM, Surono, menjelaskan faktor penting yang mendorong penyebaran debu vulkanik ini adalah angin dan variasi tekanan udara di ketinggian tertentu.

"Karena debunya sangat halus dia lebih mudah tersebar oleh angin dan tidak jatuh sekaligus di Islandia sendiri," kata Surono.

"Kalau material yang berat akibat letusan gunung berapi akan jatuh di sekitar gunung berapi dan bukan ke segala arah. Tetapi dalam kasus ini banyak debu halus yang menyebar di atas dan terbawa angin," tambahnya.

Karena itu juga, menurut Surono, walaupun sekitar 30 negara di Eropa sampai saat ini masih menutup ataupun membatasi penerbangan di bandara mereka, di Islandia sendiri Bandar Udara Internasional Keflavik tidak mengalami penutupan karena arah angin yang membawa debu menjauhi bandara itu.

Abu vulkanik sangat berbahaya karena kandungan silika dan sulfurnya yang sangat tinggi.

Debu itu tidak hanya menghalangi daya pandang, tetapi juga bisa mematikan mesin pesawat.
Warisan Gunung Galunggung

Di Indonesia situasi serupa pernah terjadi pada bulan Juni tahun 1982, ketika Gunung Galunggung meletus.

Peristiwa meletusnya Gunung Galunggung itu membuka mata industri penerbangan dan pemerintah di seluruh dunia bahwa abu vulkanik berpotensi bahaya terhadap penerbangan.

"Bila anda tiba-tiba terbang memasuki gumpalan abu berbaliklah dan keluar dari situ secepat mungkin," kata Eric Moody, bekas kapten pilot perusahaan penerbangan Inggris British Airways.

Saat itu Moody dan para awaknya sedang dalam penerbangan dari Kuala Lumpur ke Perth melewati wilayah udara Indonesia.

Tiba-tiba pesawat itu terbang memasuki awan tebal dari abu dan tidak lama kemudian keempat mesin pesawat penerbangan BA09 itu mati selama 14 menit.

Kapten Moody dan dua co-pilotnya berhasil mengeluarkan pesawat dari kepungan abu dan tidak lama kemudian mereka berhasil menyalakan kembali mesin pesawat.

Pesawat Boeing 747 yang membawa 260 penumpang itu terpaksa mendarat darurat di bandara Halim Perdana Kusuma di Jakarta.

Ketika mendarat baru mereka mengetahui bahwa beberapa hari sebelumnya Gunung Galunggung meletus dan abunya beterbangan di udara dan mencapai Australia.

Pengalaman Kapten Moody dan para co-pilotnya dijadikan pelajaran oleh industri penerbangan di seluruh dunia.

Sejak saat otorita penerbangan dunia mengeluarkan peraturan dan panduan untuk para pilot terkait bahaya abu vulkanik bagi penerbangan.

"Sebelum kami mengalaminya, industri penerbangan tidak menganggap abu sebagai ancaman," kata Moody.

Moody dan para awaknya mendapat penghargaan dari pemerintah Inggris karena keberhasilan mereka menyelamatkan nyawa para penumpang.

sumber : suaramerdeka.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar